Hidrogen: Masa Depan Roda Empat yang Menantang?
Kendaraan masa depan sering dibayangkan tanpa emisi, dan hidrogen muncul sebagai kandidat kuat. Dengan sel bahan bakar, ia menjanjikan mobilitas bersih hanya dengan mengeluarkan uap air, pengisian cepat layaknya mengisi bensin, dan jangkauan tempuh yang panjang. Namun, jalan menuju dominasinya tidak mulus dan penuh rintangan besar.
Tantangan utama pertama adalah infrastruktur. Jaringan stasiun pengisian hidrogen masih sangat terbatas secara global, jauh tertinggal dari SPBU konvensional maupun stasiun pengisian listrik. Pembangunan infrastruktur ini membutuhkan investasi kolosal dan perencanaan jangka panjang.
Kedua, produksi hidrogen hijau. Saat ini, sebagian besar hidrogen diproduksi dari bahan bakar fosil (hidrogen abu-abu/biru), yang justru menghasilkan emisi karbon. Untuk benar-benar bersih, hidrogen harus diproduksi dari sumber terbarukan (elektrolisis air dengan energi bersih), yang saat ini masih sangat mahal dan membutuhkan banyak energi.
Ketiga, penyimpanan dan distribusi. Menyimpan hidrogen, baik di kendaraan maupun di stasiun pengisian, memerlukan tangki bertekanan tinggi atau kriogenik yang kompleks, mahal, dan membutuhkan ruang signifikan. Distribusi hidrogen dalam skala besar juga menjadi logistik yang rumit dan mahal.
Keempat, biaya dan efisiensi. Kendaraan sel bahan bakar dan harga hidrogen itu sendiri masih relatif mahal dibandingkan alternatif listrik baterai atau kendaraan konvensional. Efisiensi "well-to-wheel" (dari produksi hingga penggunaan) hidrogen juga masih perlu ditingkatkan agar lebih kompetitif secara energi.
Meskipun hidrogen menawarkan janji mobilitas bersih dan efisien, tantangan besar terkait infrastruktur, produksi, penyimpanan, dan biaya harus diatasi. Investasi besar dalam riset dan pengembangan serta dukungan kebijakan sangat krusial untuk menjadikan hidrogen sebagai pilar utama transportasi masa depan.
