Gejolak Politik: Menguji Ketahanan Sosial
Politik bukan sekadar perebutan kekuasaan, melainkan jantung yang memompa kehidupan sebuah negara. Ketika jantung ini berdetak tidak teratur, akibat isu-isu yang tak terselesaikan atau dikelola dengan buruk, dampaknya bisa merambat jauh, mengancam fondasi stabilitas sosial.
Isu-isu politik, seperti korupsi, ketidakadilan ekonomi, polarisasi identitas, atau sengketa kekuasaan, seringkali menjadi pemicu utama gejolak. Mereka mengikis kepercayaan publik terhadap institusi negara dan antar sesama warga. Hilangnya kepercayaan ini seringkali bermanifestasi dalam bentuk protes massa, demonstrasi, bahkan kerusuhan sosial yang dapat melumpuhkan aktivitas masyarakat.
Lebih dari itu, ketidakpastian politik menghambat investasi dan pertumbuhan ekonomi, menciptakan lingkungan yang tidak kondusif bagi pembangunan. Masyarakat menjadi terpecah belah, potensi konflik horizontal meningkat, dan kohesi sosial melemah. Lingkungan yang seharusnya menjadi tempat berkolaborasi berubah menjadi arena pertentangan.
Untuk menjaga stabilitas, diperlukan mekanisme politik yang inklusif, transparan, dan akuntabel. Penyelesaian konflik melalui dialog, penegakan hukum yang adil tanpa pandang bulu, pemberantasan korupsi, dan upaya serius mengatasi kesenjangan sosial adalah kunci. Kepemimpinan yang bijaksana dan responsif sangat dibutuhkan untuk meredam tensi dan membangun kembali kepercayaan.
Singkatnya, stabilitas sosial adalah cerminan dari kesehatan sistem politiknya. Isu politik yang dikelola dengan baik akan melahirkan masyarakat yang harmonis, produktif, dan berdaya. Sebaliknya, pengabaian terhadapnya adalah resep pasti menuju ketidakpastian dan perpecahan yang menguji ketahanan sebuah bangsa.








