Riak Kaca Pecah: Mengurai Dampak Psikososial Kejahatan Kekerasan
Kejahatan kekerasan bukan sekadar insiden yang melukai fisik satu individu. Dampaknya merembet jauh, meninggalkan luka batin mendalam dan kerusakan sosial yang kompleks, tidak hanya pada korban langsung, tetapi juga keluarga mereka dan bahkan tatanan masyarakat secara keseluruhan.
Guncangan pada Keluarga:
Bagi keluarga korban, kejahatan kekerasan adalah gempa yang mengguncang fondasi kehidupan mereka. Trauma, kecemasan, depresi, dan perasaan tidak aman seringkali menghantui. Mereka mungkin merasa bersalah, tak berdaya, atau marah, menciptakan ketegangan yang merenggangkan hubungan internal. Beban finansial akibat pengobatan, terapi, atau proses hukum semakin memperparah kondisi. Fungsi keluarga bisa terganggu; peran-peran berubah, dan suasana rumah yang dulu aman kini diselimuti ketakutan dan kesedihan.
Erosi Kepercayaan dalam Masyarakat:
Dampak kejahatan kekerasan tidak berhenti di ambang pintu rumah korban. Di level masyarakat, insiden semacam ini memicu rasa cemas kolektif dan mengikis rasa aman. Kepercayaan terhadap lingkungan, tetangga, bahkan institusi penegak hukum dapat menurun drastis. Solidaritas sosial bisa tergerus, digantikan oleh kecurigaan dan ketakutan. Masyarakat mungkin menjadi lebih tertutup, enggan berinteraksi, dan kehilangan optimisme akan masa depan yang aman, menciptakan lingkungan yang rentan dan kurang kohesif.
Kesimpulan:
Dampak kejahatan kekerasan jauh melampaui korban langsung, menciptakan "riak kaca pecah" yang menyebar ke seluruh keluarga dan masyarakat. Memulihkan kerugian ini membutuhkan pendekatan holistik: dukungan psikologis bagi keluarga, penguatan sistem keadilan, serta upaya kolektif untuk membangun kembali rasa aman, kepercayaan, dan solidaritas sosial. Hanya dengan begitu, kita bisa menyembuhkan luka yang tak terlihat dan mencegah perpecahan lebih lanjut.






