Relevansi Ideologi dalam Politik Modern Saat Ini

Ideologi: Pusaran Tak Terlihat di Balik Panggung Politik Modern

Seringkali kita mendengar narasi tentang ‘kematian ideologi’ di era politik modern yang cenderung pragmatis, berfokus pada isu, atau didominasi personalitas. Globalisasi, disrupsi teknologi, dan tantangan transnasional dituding mengikis relevansi kerangka berpikir besar yang pernah membentuk partai dan gerakan politik. Namun, benarkah demikian?

Meski tak lagi selalu tampil dalam bentuk rigid dan dogmatis, ideologi sejatinya tetap menjadi pusaran tak terlihat yang membentuk dinamika politik kontemporer. Ia adalah kumpulan nilai, keyakinan, dan visi yang mendasari pilihan kebijakan, memandu arah pembangunan, dan bahkan memengaruhi cara kita memahami masalah sosial.

Di balik klaim pragmatisme, setiap keputusan politik – mulai dari alokasi anggaran, regulasi ekonomi, hingga kebijakan luar negeri – selalu berakar pada asumsi dan preferensi tertentu yang bersifat ideologis. Apakah negara harus lebih banyak campur tangan dalam ekonomi (sosialisme/intervensionisme) atau membiarkannya berjalan bebas (liberalisme/kapitalisme)? Apakah identitas nasional harus diutamakan (nasionalisme) atau batas-batas harus dilonggarkan (globalisme)? Pertanyaan-pertanyaan ini tak lepas dari lensa ideologi.

Lebih jauh, ideologi berfungsi sebagai perekat identitas kolektif bagi partai politik dan gerakan massa. Ia memberikan narasi bersama, tujuan bersama, dan alasan untuk bertindak. Di tengah fragmentasi informasi dan polarisasi, ideologi – baik lama maupun yang berevolusi (seperti populisme, identitarianisme, atau bahkan aktivisme lingkungan) – masih ampuh memobilisasi dukungan dan mendefinisikan "kita" versus "mereka".

Jadi, ideologi tidaklah mati. Ia mungkin telah beradaptasi, menjadi lebih fleksibel, atau beroperasi secara lebih subtil. Namun, sebagai kompas moral dan kerangka berpikir yang tak terpisahkan dari politik, pemahamannya tetap esensial untuk mengurai kompleksitas dan arah pergerakan dunia politik saat ini. Mengabaikannya berarti kehilangan kunci penting untuk memahami motivasi, konflik, dan visi yang membentuk masa depan kita.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *