Bumi di Bawah Prioritas: Mengapa Isu Hijau Kerap Terpinggirkan dalam Politik?
Lingkungan adalah fondasi kehidupan, namun anehnya, isu-isu hijau seringkali menjadi prioritas kesekian dalam agenda politik. Mengapa demikian? Ada beberapa faktor kompleks yang membuat kelestarian planet kerap terpinggirkan di tengah hiruk pikuk kepentingan politik dan ekonomi.
1. Jangka Waktu Politik vs. Jangka Waktu Alam:
Politisi beroperasi dalam siklus pemilu yang pendek (4-5 tahun), menuntut hasil cepat dan nyata untuk memenangkan suara. Sementara itu, masalah lingkungan seperti perubahan iklim, deforestasi, atau polusi memerlukan solusi jangka panjang, investasi puluhan tahun, dan manfaat yang mungkin tidak terasa langsung oleh pemilih saat ini. Ini menciptakan dilema: memprioritaskan kemenangan pemilu vs. keberlanjutan planet.
2. Beban Ekonomi Jangka Pendek:
Kebijakan hijau seringkali dianggap "mahal" atau menghambat pertumbuhan ekonomi dalam jangka pendek. Transisi ke energi terbarukan, regulasi limbah yang ketat, atau praktik pertanian berkelanjutan bisa berarti investasi awal yang besar atau perubahan model bisnis yang tidak populer bagi sebagian industri. Kelompok kepentingan ekonomi yang kuat, yang seringkali bergantung pada praktik tidak berkelanjutan, memiliki kekuatan lobi besar untuk menekan pemerintah agar tidak menerapkan regulasi ketat. Mereka memproyeksikan biaya transisi sebagai beban, mengabaikan biaya kerugian lingkungan di masa depan yang jauh lebih besar.
3. Kurangnya Urgensi di Mata Publik:
Selain itu, kurangnya urgensi di mata sebagian masyarakat juga menjadi faktor. Bencana lingkungan seringkali terasa abstrak atau jauh sampai benar-benar terjadi di depan mata. Prioritas sehari-hari seperti lapangan kerja, harga kebutuhan pokok, atau layanan kesehatan seringkali mendominasi perhatian publik dan, oleh karena itu, agenda politik. Isu lingkungan dianggap "kemewahan" saat perut belum kenyang.
Singkatnya, isu hijau terabaikan karena terjebak dalam pertarungan antara kepentingan jangka pendek politik dan ekonomi, melawan kebutuhan jangka panjang planet. Diperlukan perubahan paradigma, kesadaran publik yang lebih kuat, dan keberanian politik untuk melihat lingkungan bukan sebagai beban, melainkan investasi masa depan yang tak ternilai bagi semua.








