Politik Luar Negeri Indonesia dalam Era Geopolitik Baru

Menavigasi Badai Geopolitik: Diplomasi ‘Bebas Aktif’ Indonesia di Era Baru

Lanskap geopolitik global kini bergerak dalam pusaran yang dinamis. Rivalitas kekuatan besar, disrupsi rantai pasok global, ancaman non-tradisional seperti perubahan iklim dan pandemi, serta munculnya teknologi baru, membentuk era yang penuh tantangan sekaligus peluang. Di tengah kondisi ini, politik luar negeri Indonesia, yang berlandaskan prinsip "Bebas Aktif," menjadi semakin relevan dan strategis.

Prinsip "Bebas Aktif" bukanlah sekadar slogan usang, melainkan kompas adaptif bagi Indonesia. "Bebas" berarti Indonesia tidak memihak blok kekuatan mana pun, menjaga kemandirian dalam menentukan sikap. Sementara "Aktif" menegaskan peran proaktif Indonesia dalam menciptakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial.

Dalam era geopolitik baru ini, implementasi "Bebas Aktif" tampak dalam beberapa fokus utama:

  1. Keseimbangan Strategis: Indonesia secara cermat menavigasi rivalitas AS-Tiongkok. Alih-alih memilih sisi, Indonesia memposisikan diri sebagai mitra bagi semua, mendorong dialog, dan menolak pendekatan zero-sum game. Ini terlihat dari upaya menjaga hubungan baik dengan Washington maupun Beijing, sambil tetap menjaga kedaulatan dan kepentingan nasional.

  2. Sentralitas ASEAN dan Indo-Pasifik: ASEAN tetap menjadi pilar utama politik luar negeri Indonesia. Jakarta berupaya memperkuat persatuan dan sentralitas ASEAN sebagai arsitektur keamanan regional yang inklusif. Konsep ASEAN Outlook on the Indo-Pacific (AOIP), yang digagas Indonesia, menjadi kerangka kerja untuk mempromosikan kolaborasi, bukan konfrontasi, di kawasan strategis ini.

  3. Diplomasi Multilateral dan Ekonomi: Indonesia aktif di berbagai forum multilateral seperti PBB, G20, dan organisasi internasional lainnya untuk menyuarakan kepentingan negara berkembang dan mengatasi tantangan global. Diplomasi ekonomi menjadi prioritas, dengan fokus pada menarik investasi, memperluas pasar ekspor, dan memastikan ketahanan rantai pasok, khususnya di sektor energi dan pangan.

Singkatnya, politik luar negeri Indonesia di era geopolitik baru adalah cerminan dari "Bebas Aktif" yang pragmatis dan adaptif. Indonesia bukan sekadar penonton, melainkan pemain yang secara aktif berkontribusi pada stabilitas, perdamaian, dan kemakmuran global, dengan tetap memprioritaskan kepentingan nasional dan regional.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *